Ganoderma Kelapa Sawit: Ancaman dan Cara Pengendalian
Ganoderma kelapa sawit menjadi masalah serius di perkebunan Indonesia. Jamur ini menyebabkan busuk pangkal batang (BPB) yang menurunkan hasil panen drastis. Artikel ini membahas apa itu Ganoderma, cara penyebarannya, gejala, dan strategi pengendalian terpadu.
Apa Itu Ganoderma Kelapa Sawit
Ganoderma menyerang kelapa sawit melalui akar dan batang bagian bawah. Tiga jenis Ganoderma yang paling sering muncul adalah Ganoderma boninense, G. miniatocinctum, dan G. zonatum. Dari ketiganya, G. boninense paling ganas.
Jamur ini memicu penyakit BPB yang berkembang perlahan tapi mematikan. Tanaman yang terinfeksi kehilangan kemampuan menyerap air dan nutrisi. Dampaknya, tanaman bisa mati dan hasil panen turun hingga 97% pada serangan parah.
Bagaimana Ganoderma Menyebar
Ganoderma menyebar terutama lewat kontak akar antara tanaman sehat dan tanaman yang sudah terinfeksi. Jamur ini juga bertahan lama di tanah, bahkan setelah pohon inangnya mati. Karena itu, kebun yang pernah terserang Ganoderma lebih rentan terkena kembali pada generasi berikutnya.
Selain itu, Ganoderma berkembang lebih cepat di tanah miskin unsur hara atau lahan gambut. Peneliti juga mencatat, risiko infeksi meningkat pada kebun generasi kedua atau ketiga akibat sisa bonggol dan akar lama.
Gejala Ganoderma yang Harus Kamu Kenali
Gejala awal Ganoderma sering tidak terlihat jelas. Namun, ada beberapa ciri yang perlu diperhatikan:
- Daun tombak tidak membuka.
- Daun bagian bawah menguning dan muncul nekrosis.
- Kanopi tampak pucat dan pertumbuhan tanaman melambat.
- Muncul tubuh buah jamur Ganoderma di pangkal batang.
Jika gejala ini muncul, tanaman biasanya mati dalam 6–24 bulan untuk yang belum menghasilkan, atau 2–3 tahun untuk tanaman menghasilkan.
Kenapa Sulit Dikendalikan
Ganoderma sulit dikendalikan karena hidup di dalam tanah dan bertahan lama meski pohon mati. Gejala awalnya juga sulit terdeteksi, membuat petani sering terlambat menanganinya. Selain itu, fungisida belum cukup efektif melawan jamur ini.
Iklim lembap di Indonesia semakin mendukung pertumbuhan Ganoderma. Oleh sebab itu, perkebunan harus mengandalkan pengendalian terpadu, bukan hanya satu metode.
Cara Pengendalian Ganoderma
Pengendalian Ganoderma perlu dua pendekatan: jangka pendek dan jangka panjang.

- Jangka pendek: menekan penyebaran penyakit dengan sanitasi kebun, pemantauan rutin, dan penggunaan agen hayati seperti Trichoderma.
- Jangka panjang: memakai benih toleran Ganoderma seperti DxP Dami Mas IGR.
Langkah lain yang bisa diterapkan:
- Membersihkan lahan dari bonggol dan akar lama saat replanting.
- Menggali lubang tanam lebih besar agar akar berkembang lebih baik.
- Mengisolasi tanaman terinfeksi dengan parit individu.
- Segera memusnahkan pohon yang menunjukkan gejala berat.
Dengan cara ini, perkebunan dapat menekan risiko infeksi dan menjaga produksi tetap stabil.
Pentingnya Deteksi Dini
Petani harus rutin memeriksa tanaman dan mencatat gejala. Deteksi dini membuat tindakan lebih cepat dan efektif. Selain itu, kebun juga perlu memantau sebaran penyakit agar dapat mengatur pola tanam dan replanting lebih baik.
Kesimpulan
Ganoderma kelapa sawit menjadi ancaman nyata. Namun, risiko kerugian dapat ditekan jika petani dan perusahaan menerapkan pengendalian terpadu: pemilihan benih toleran, sanitasi, pemantauan rutin, dan teknologi hayati. Langkah ini membantu menjaga kesehatan tanaman dan stabilitas produksi.
Baca juga:

1 thought on “Ganoderma Kelapa Sawit: Ancaman dan Cara Pengendalian”