Sumatera Utara, Kekuatan Lama Sawit Indonesia

0
Perkembangan sawit Sumatera Utara 2001–2023 menurut BPS

Sumatera Utara dikenal sebagai salah satu sentra sawit nasional yang sudah lama berkembang. Berkat sejarah panjang perkebunan sejak zaman kolonial, provinsi ini punya infrastruktur dan budaya sawit yang relatif matang. Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan posisi Sumatera Utara yang tetap kuat, baik dari sisi produksi maupun luas areal.

Produksi Sawit Sumatera Utara 2024

Berdasarkan data BPS 2024, Sumatera Utara menghasilkan sekitar 5,05 juta ton kelapa sawit. Angka ini menempatkan provinsi ini di posisi keempat secara nasional, setelah Riau, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat.

Produksi besar ini bukan hanya kontribusi perusahaan besar, tetapi juga ratusan ribu petani sawit rakyat yang menjaga rantai pasok tetap berjalan meski harga TBS naik turun.

Luas Areal Sawit Sumatera Utara: 2023

Menurut data terbaru BPS 2023, total luas tutupan lahan sawit di Sumatera Utara tercatat lebih dari 1,3 juta hektare. Luas tersebut mencakup:

  • Perkebunan besar negara: 157 ribu hektare
  • Perkebunan besar swasta: lebih dari 1 juta hektare
  • Perkebunan rakyat: sekitar 220 ribu hektare

Kombinasi antara perusahaan besar dan petani rakyat inilah yang membuat sawit tetap menjadi sektor penting bagi perekonomian Sumatera Utara.

Perkembangan Areal Sawit 2001–2023

Sejak 2001, data BPS menunjukkan tren kenaikan signifikan pada luas areal sawit nasional, termasuk Sumatera Utara. Pada awal 2000-an, total areal sawit nasional hanya sekitar 4,7 juta hektare, sedangkan pada 2023 sudah mencapai 15,9 juta hektare.

Sumatera Utara juga mengalami perluasan lahan, meskipun kenaikan lebih moderat dibanding provinsi seperti Riau atau Kalimantan Tengah. Pertumbuhan ini terjadi seiring dengan masuknya investasi swasta dan meningkatnya minat petani rakyat menanam sawit.

Perkembangan sawit Sumatera Utara 2001–2023 menurut BPS
ugm.ac.id/id

Petani Sawit Sumatera Utara: Tantangan dan Peran

Petani rakyat di Sumatera Utara tetap menjadi bagian penting produksi. Namun, mereka menghadapi tantangan seperti biaya pupuk yang naik, perubahan iklim, hingga kebutuhan peremajaan kebun yang memerlukan modal besar.

Menurut Kabar Sawit Indonesia, banyak petani berharap ada kemudahan akses pembiayaan, pendampingan teknis, serta transparansi harga TBS agar hasil panen lebih menguntungkan.

Baca Juga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *