Gap Produktivitas Sawit: Swasta Unggul, Rakyat Tertinggal, Apa Solusinya?
Perkebunan kelapa sawit Indonesia terbagi menjadi tiga kelompok besar: perkebunan rakyat, perkebunan swasta, dan perkebunan milik pemerintah. Meski menanam komoditas yang sama, ketiganya memiliki tingkat produktivitas yang berbeda. Apa penyebab kesenjangan ini? Bagaimana dampaknya bagi petani, dan apa saja langkah untuk mengejar ketertinggalan?
Siapa Pemilik Kebun Sawit di Indonesia?
Berdasarkan data BPS 2023, total luas perkebunan sawit nasional lebih dari 16 juta hektare. Rinciannya: perkebunan rakyat sekitar 6,2 juta hektare, swasta 8,1 juta hektare, dan milik pemerintah (BUMN) sekitar 680 ribu hektare. Dari sisi luas, kebun rakyat punya porsi besar. Namun soal hasil, kenyataannya tak seimbang.
Swasta Paling Produktif, Rakyat Masih Tertinggal
Data BPS mencatat, kebun swasta mampu menghasilkan rata-rata 3,5–4 ton CPO per hektare per tahun. Kebun milik pemerintah sedikit lebih rendah, sekitar 3 ton. Sedangkan kebun rakyat hanya menghasilkan 2–2,5 ton. Artinya, dengan luas sama, hasil panen petani rakyat lebih sedikit. Hal ini berdampak langsung pada pendapatan petani yang hanya mengelola beberapa hektare lahan.
Penyebab Terjadinya Gap Produktivitas
Beberapa faktor membuat kebun swasta lebih unggul. Swasta memakai bibit unggul, punya modal besar untuk pemupukan, alat modern, dan jalur distribusi lebih baik. Sementara kebun rakyat masih banyak menggunakan bibit asalan, mengandalkan cara tradisional, serta kesulitan akses modal. Usia pohon juga jadi faktor penting. Banyak kebun rakyat belum diremajakan, sehingga hasil panennya terus menurun.
Di sisi lain, kebun pemerintah meski dikelola profesional juga menghadapi tantangan: seperti aset lama yang sudah kurang produktif dan investasi peremajaan yang belum optimal.
Dampak bagi Petani Rakyat
Produktivitas rendah langsung berpengaruh ke pendapatan. Petani dengan kebun seluas 2–4 hektare tak bisa mengandalkan hasil panen besar. Posisi tawar pun jadi lemah saat berhadapan dengan pabrik atau pedagang pengumpul. Akibatnya, harga jual TBS yang diterima petani rakyat kerap lebih rendah.
Upaya Memperkecil Gap Produktivitas
Pemerintah dan asosiasi petani menjalankan sejumlah program. Salah satunya Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), yang membantu petani mengganti pohon tua dengan bibit unggul. Selain itu, ada pelatihan manajemen kebun, kemitraan dengan perusahaan, dan akses pembiayaan berbunga rendah. Harapannya, produktivitas kebun rakyat bisa naik hingga mendekati kebun swasta.
Peran Kebun Milik Pemerintah
Walau hanya menguasai sekitar 4% total areal sawit, kebun pemerintah tetap punya peran penting. Antara lain sebagai pusat riset, penyedia bibit unggul, serta pendamping petani. Namun, pemerintah juga perlu terus memperbarui teknologi dan memperkuat peremajaan kebun.
Menutup Kesenjangan Demi Industri Sawit Lebih Kuat
Gap produktivitas bukan hanya soal data, tapi juga soal kesejahteraan petani dan daya saing nasional. Lewat peremajaan, pelatihan, dan kolaborasi, Indonesia punya peluang mengejar ketertinggalan. Jika kebun rakyat dan kebun pemerintah lebih produktif, masa depan industri sawit pun makin cerah.

