Inovasi Pengendalian Ganoderma: Harapan Baru Petani Sawit

0
https://www.smart-tbk.com/ganoderma-101-musuh-kelapa-sawit-yang-perlu-anda-kenali/

Inovasi Pengendalian Ganoderma menjadi harapan baru bagi petani sawit di Indonesia. Penyakit busuk pangkal batang (Basal Stem Rot) akibat jamur Ganoderma boninense memang terus mengancam produksi. Menurut data BPDPKS (2025), tingkat infeksi di Sumatera mencapai 39–52 persen. Sementara itu, Kalimantan 19 persen, Jawa 30 persen, Sulawesi 10 persen, dan Maluku–Papua 9 persen. Oleh sebab itu, inovasi mutakhir menjadi sangat penting.


Deteksi Dini Jadi Senjata Utama

Pemerintah mendorong deteksi dini sebagai langkah pertama. Program Grant Riset Sawit (GRS) BPDPKS mendukung pengembangan berbagai alat inovatif. Misalnya, eNose-G yang mampu membedakan tanaman sehat dan terinfeksi dengan akurasi di atas 80 persen (BPDPKS, 2021). Selain itu, ada radar Self Injection Locked (SIL) dan robot IFOVIB-G yang membantu pemantauan langsung di kebun. Dengan demikian, petani bisa bertindak lebih cepat sebelum kerusakan meluas.


Strategi Pengendalian Hayati dan Kuratif

Inovasi Pengendalian Ganoderma eNose-G
https://www.smart-tbk.com/ganoderma-101-musuh-kelapa-sawit-yang-perlu-anda-kenali/

Selain deteksi dini, petani juga memerlukan solusi kuratif dan preventif. Peneliti telah mengembangkan berbagai inovasi, seperti:

  • Biofungisida ekstrak daun sawit (OPLE) yang dikembangkan Kresnawaty et al. (2023; 2024).
  • Streptomyces GBSRI hasil riset Simamora et al. (2024) yang menekan pertumbuhan Ganoderma.
  • Teknologi non-self DNA Ganoderma (G-fung) serta fungisida organik FO Ganor+ (Yusuf et al., 2023; 2024).
  • Biofungisida berbasis RNA interference (RNAi) dari Subandiyah et al. (2023) yang mampu menurunkan infeksi hingga 50–60 persen.

Dengan demikian, inovasi ini tidak hanya melindungi tanaman, tetapi juga lebih ramah lingkungan.


Upaya Jangka Panjang: Bibit Tahan Ganoderma

Dalam jangka panjang, petani memerlukan bibit sawit yang lebih tahan Ganoderma. Karena itu, GRS BPDPKS mendukung riset Budiani et al. (2015–2019) yang memakai teknologi transformasi genetik berbasis Agrobacterium. Hasilnya, muncul bibit klonal sawit yang lebih toleran. Selain itu, teknologi pertanian regeneratif juga membantu memperbaiki kesehatan tanah. Akhirnya, perbaikan mikro lingkungan tanah turut memperlambat penyebaran penyakit.


Kesimpulan

Secara keseluruhan, Inovasi Pengendalian Ganoderma membawa angin segar bagi petani sawit. Melalui deteksi dini, biofungisida, teknologi molekuler, hingga bibit tahan penyakit, produksi sawit dapat tetap terjaga. Dengan kolaborasi antara riset, pemerintah, dan petani, kita bisa mengurangi dampak busuk pangkal batang.

Sumber berita:
PASPI. (2025). Inovasi Pengendalian Ganoderma pada Perkebunan Sawit

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *